Hijaunya Bisnis Properti

Sejuk ya kayaknya


Ini hanyalah opini saya, sungguh sangat subjektif dan sensitif wehehehe


Beberapa teman saya adalah pengusaha properti, start up memang, belum sekelas pak ci dengan citra grandnya atau bakrie dg sentul citynya. Karena saya gaulnya sama orang-orang "musholah", teman saya yg pengusaha properti punya ide keren. Mereka membuat perumahan syariah, bebas riba, dg target menciptakan lingkungan pertetanggan yg hangat seperti jaman kakek nenek kita dulu serta lingkungan islami yg kondusif. Saya bangga.

Tapi makin lama jiwa saya merasa terusik dengan banyaknya orang yang berbisnis properti ini. Benarkah bangsa Indonesia membutuhkan rumah sebanyak itu? Jika memang iya, benarkah mereka menyasar pasar yg benar?



Karena yang saya lihat sebut saja misalnya di perumahan tempat mertua saya tinggal, begitu banyak rumah yang kosong. Entah itu belum ada yang beli, atau sudah dibeli tapi belum ditempati. Sebagai tunawisma (orang yang belum punya rumah sendiri :p), saya merasa sedih.

cakep ya, country house gini impian banget

Rumah-rumah kosong itu belum mampu saya beli. Harganya yang di luar akal sehat akibat persaingan usaha properti membuat dana yg kami punya belum pernah mencukupi untuk membelinya.

Jika rumah tipe 36 disasar untuk keluarga muda, keluarga muda seperti apa yg jadi targetnya. Berapa pendapatannya. Serius itu disasar untuk keluarga muda? Atau untuk pengusaha besar yang ingin investasi saja. Sehingga keluarga muda hanya mampu mengontrak rumah sang investor? Lihat betapa banyak rumah di perumahan yang kosong.

Adik kelas saya di kampus sampai membuat statement, mungkin kita harus mencari rumah-rumah berhantu. Karena hanya itu yang logis harganya. Kalo bener ada hantunya, sebagai orang beriman kita kan tau cara mengusirnya. Bacakan surat Al Baqoroh hahaha...


Menjamurnya usaha properti ini membuat saya berpikir, berapa banyak lagi lahan yang diubah. Rawa yang ditimbun, hutan yang ditebang, berapa lagi? Jika memang punya passion di usaha properti. Kenapa tidak meniru ibu Siti Amanah Dinkel yg sukses membuat usaha properti di Amerika. Beliau membeli rumah tua, merenovasinya, lalu dijual/disewakan dengan harga yg masuk akal. Agar tidak makin banyak lahan yang beralih fungsi.
ibu siti amanah dinkel
Saya selalu berpesan pada suami. Jika suatu saat beliau punya banyak uang, saya meminta beliau menjalankan dua bisnis. Yang pertama jika saat itu tiba dan di palembang belum ada hoka-hoka bento, saya minta beliau membuka cabang hoka-hoka bento buat saya biar saya bisa makan beef teriyakinya hokben tiap hari (cetek bangeeeet mimpi lo deeees hahaha). Yang kedua, saya ingin beliau membeli lahan tapi tidak untuk membuat usaha properti. Saya ingin beliau membuat tempat rekreasi, eduwisata, ekowisata. Keuntungannya mungkin gak sekali jebret seperti usaha perumahan, tapi kemanfaatan untuk lingkungan dan masyarakat mungkin jauh lebih besar. Betul tidak?

You Might Also Like

0 comments

Terima kasih sudah membaca, silakan tinggalkan komentar di tulisan ini