Hujan Setiap Hari

Sore hari di Bogor adalah waktu yang paling tepat untuk tidur, pasalnya hampir setiap sore hujan mendatangi kota ini. Hujan di Bogor tentu saja bukan hujan biasa. Hujan di Bogor selalu heboh. Heboh karena selalu disertai dengan petir yang luar biasa kuencengnya. Jadi yang punya penyakit jantungan en’ pingin cepet mengakhiri penderitaannya, segera pindah ke Bogor (ga segitunya juga kaleee...).


Hujan di Bogor memang memberikan sugesti yang kuat untuk tidur (ini mah pembelaan hehe..). Gimana engga, dari jam sepuluh pagi matahari sudah bersinar dengan teriknya. Habislah tenaga kita terkuras dengan semena-mena. Belum lagi kalo bagi mahasiswa IPB. Ni kampus beneran ‘kakak-adik’ ma kebon raya. Ruang kuliah satu ma ruang lainnya bikin kita harus jalan jauuuuuhhh bangets. Pokoknya klo ada tes kekuatan kaki mahasiswa, yakin deh IPB pasti masuk nominasi juara haha... so klo nyampe kelas di sore hari, para pejalan kaki profesional ini sudah pada titik terlemah dalam hidupnya (lebayyy). Klo ngantuk, wajar dong Pak, Bu... (penulis adalah pelaku utama!).

Kagak ada tuh mahasiswa khususnya yang cewek yang pake spatu branded. Iyalah... yakin dalam hitungan bulan, tu spatu mahal dah aus dimakan jalan. Belum lagi klo hujan. Aih..aih...beneran hancur tu spatu mahal. Jadi spatunya mahasiswa IPB yang tertinggi cuma sampe sepatu jenis boots hehe... spatu yang terbuat dari plastik n tahan air serta tahan banting. Banting aja, yakin ga ada yang ngambil.

Nah, karena hujan udah kayak rutinitas langit Bogor, idealnya semua warga Bogor sudah antisipasi dengan semua kemungkinan terburuk. Klo diamati, rata-rata tas mahasiswa IPB warnanya gelap dan ada sakunya di kanan dan kiri. Tu saku, fungsinya buat nyimpen payung. So klo ada serangan mendadak, tu payung tinggal ditarik dengan gaya samurai dan street..slamet deh hidup lo. Tas warna gelap berfungsi saat tas kotor dan males buat nyuci soalnya yakin keringnya bakalan lamaaaa karena tiap hari keujanan. Jadi ga usah dijelasin yak, ngertilah fungsi sang tas...

Ada cerita nih. Suatu sore di kelas yang mahasiswanya campuran dari berbagai departemen (ni istilah keren buat ‘jurusan’ klo di IPB), langit mulai mendung. Beberapa mahasiswa terlihat mengangguk-anggukan kepalanya. Bukan karena faham betul dengan materi kuliah sore itu, tapi itu sebagai tanda bahwa sang mahasiswa perlahan-lahan memasuki dunia mimpi jauh lebih dalam dari sebelumnya (pret!). Saat itu, penulis lagi bener dan ga ikutan tidur. Penulis lagi jadi pengamat (gaya!). hmm... banyak juga yang tidur. Termasuk cowok berambut gondrong yang duduk di samping penulis. Hujan turun dengan sangat tergesa-gesa, ga pake mukadimah. Ujug-ujug langsung deras dan berpetir. Eh tiba-tiba cowok ini terbangun dan langsung beristighfar.

“astaghfirullah... astaghfirullah... astaghfirullahal’adzim..”

“kenapa mas?” kaget dan iseng bertanya

Dan dengan muka setengah sadar dan setengah bingung (abstrak banget mukanya) dia menengok dan berkata “jemuran gueee...”

Penulis menelan ludah dan dalam hati berujar “yaelah... muke doang sangar... jemuran keujanan, panik...”

Piss bro

You Might Also Like

0 comments

Terima kasih sudah membaca, silakan tinggalkan komentar di tulisan ini